Ratusan anak melompat-lompat di depan halaman sekolah
mereka. Sebagian berpakaian seragam merah putih dan sebagian lainnya
berpakaian bebas. Sesekali mereka seperti menyanyikan lagu Bongkar karya
Iwan Fals.
Mereka bukan membawakan syair Bongkar, melainkan menyindir Pemerintah Kota Bima. "ooo yaho , yaho..ya bongkar," para bocah ini bernyanyi.
Anak-anak tersebut ternyata siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 07 Kota Bima. Mereka hendak menuntut para pembesar daerah mengembalikan sekolah mereka. Gerombolan bocah ini pun mengumpat sesuka hati dengan megafon. "Pak, bagaimana sekolah kami. Enggak kasihan kami terlantar," teriak Ali, 12 tahun, siswa kelas 5 SDN 07 Kota Bima.
Sebanyak 284 siswa tersebut akhirnya mogok belajar,lantaran rehabilitasi sekolah mereka hingga kini belum dituntaskan. Padahal, anggaran senilai Rp122 juta telah dicairkan dalam tiga tahap. Dua lokal ruangan kelas enam pun terbengkalai. Sekitar pukul 09.00 WITA, siswa dan guru tidak ada yang masuk ke ruangan kelas.
Padahal, saatnya belajar lagi setelah jam istirahat. Justru siswa protes dengan cara menunjukkan berbagai poster kecil, menuntut pertanggungjawaban penyelesaian rehab. "Kami ingin belajar, selesaikan rehab sekolah," kata seorang siswa setempat.
Ketika sorot kamera wartawan mengarah ke wajah mereka. Mereka berlomba menunjukkan tulisan poster berisi tuntutan, bahkan ada yang tidak sadar tulisannya terbalik.
Kepala SDN 07 Kota Bima, Muhdar, mengatakan tidak mengetahui aksi yang dilakukan oleh murid dan guru itu. Awalnya aktivitas belajar-mengajar berlangsung normal. Namun, setelah jam istirahat siswa dan guru tidak memasuki kelas.
Menurut Muhdar, para siswa tersebut menuntut penyelesaian rehab sekolah yang bersumber dari anggaran Dana Alokasi Khusus Tahun 2012 untuk tujuh lokal. Lima lokal termasuk satu ruang kantor. "Sebenarnya anggaran untuk pembelian bahan material sudah diserahkan ke panitia atas nama Ruslan alias Parlan, tapi bahannya belum ada juga," kata Muhdar kepada wartawan, Selasa, 16 April 2013.
Jumlah dana yang diserahkan ke Ruslan sebagai perwakilan masyarakat di dalam kepanitiaan sekolah senilai Rp 24 juta. Uang itu diserahkan kepada oknum itu pada 30 Maret 2012 lalu. Hingga kini tidak muncul sehingga rehab sekolah telantar. "Sudah saya coba hubungi, tapi tidak berhasil. Bahkan, ke rumahnya tidak ada. Hanya bertemu istrinya dan menyatakan belum pulang," ujarnya.
Muhdar mengaku masih menunggu kemunculan Ruslan untuk menyelesaikan rehab sekolah itu. Jika tidak ada niat yang baik, maka dia akan melaporkan ke pihak Kepolisian.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Dikpora Rasanae Timur, Muslikh Anwar, mengaku aksi tersebut terjadi buntut belum tuntasnya rehab sekolah. Saat itudia langsung mengajak kepala sekolah dan guru rapat bersama. "Kepala aekolah dan guru sudah sepakat untuk tetap melanjutkan kegiatan belajar- mengajar,.
Mereka bukan membawakan syair Bongkar, melainkan menyindir Pemerintah Kota Bima. "ooo yaho , yaho..ya bongkar," para bocah ini bernyanyi.
Anak-anak tersebut ternyata siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 07 Kota Bima. Mereka hendak menuntut para pembesar daerah mengembalikan sekolah mereka. Gerombolan bocah ini pun mengumpat sesuka hati dengan megafon. "Pak, bagaimana sekolah kami. Enggak kasihan kami terlantar," teriak Ali, 12 tahun, siswa kelas 5 SDN 07 Kota Bima.
Sebanyak 284 siswa tersebut akhirnya mogok belajar,lantaran rehabilitasi sekolah mereka hingga kini belum dituntaskan. Padahal, anggaran senilai Rp122 juta telah dicairkan dalam tiga tahap. Dua lokal ruangan kelas enam pun terbengkalai. Sekitar pukul 09.00 WITA, siswa dan guru tidak ada yang masuk ke ruangan kelas.
Padahal, saatnya belajar lagi setelah jam istirahat. Justru siswa protes dengan cara menunjukkan berbagai poster kecil, menuntut pertanggungjawaban penyelesaian rehab. "Kami ingin belajar, selesaikan rehab sekolah," kata seorang siswa setempat.
Ketika sorot kamera wartawan mengarah ke wajah mereka. Mereka berlomba menunjukkan tulisan poster berisi tuntutan, bahkan ada yang tidak sadar tulisannya terbalik.
Kepala SDN 07 Kota Bima, Muhdar, mengatakan tidak mengetahui aksi yang dilakukan oleh murid dan guru itu. Awalnya aktivitas belajar-mengajar berlangsung normal. Namun, setelah jam istirahat siswa dan guru tidak memasuki kelas.
Menurut Muhdar, para siswa tersebut menuntut penyelesaian rehab sekolah yang bersumber dari anggaran Dana Alokasi Khusus Tahun 2012 untuk tujuh lokal. Lima lokal termasuk satu ruang kantor. "Sebenarnya anggaran untuk pembelian bahan material sudah diserahkan ke panitia atas nama Ruslan alias Parlan, tapi bahannya belum ada juga," kata Muhdar kepada wartawan, Selasa, 16 April 2013.
Jumlah dana yang diserahkan ke Ruslan sebagai perwakilan masyarakat di dalam kepanitiaan sekolah senilai Rp 24 juta. Uang itu diserahkan kepada oknum itu pada 30 Maret 2012 lalu. Hingga kini tidak muncul sehingga rehab sekolah telantar. "Sudah saya coba hubungi, tapi tidak berhasil. Bahkan, ke rumahnya tidak ada. Hanya bertemu istrinya dan menyatakan belum pulang," ujarnya.
Muhdar mengaku masih menunggu kemunculan Ruslan untuk menyelesaikan rehab sekolah itu. Jika tidak ada niat yang baik, maka dia akan melaporkan ke pihak Kepolisian.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Dikpora Rasanae Timur, Muslikh Anwar, mengaku aksi tersebut terjadi buntut belum tuntasnya rehab sekolah. Saat itudia langsung mengajak kepala sekolah dan guru rapat bersama. "Kepala aekolah dan guru sudah sepakat untuk tetap melanjutkan kegiatan belajar- mengajar,.
0 Response to "Siswa SD Bima Demo Sekolah Rusak"
Posting Komentar